Jakarta – Korban pelecehan seksual yang dilakukan Rektor nonaktif Universitas Pancasila (UP) Prof. Edie Toet Hendratno (ETH) diduga tidak hanya dua orang tetapi masih banyak meski mereka tidak berani bicara dan melapor.
“Sudah pernah ada yang menghubungi saya terkait pelecehan yang dilakukan oleh Rektor. Para korban yang selama ini diam mulai tergerak bicara akibat laporan RZ dan DF,” kata Amanda Manthovani, kuasa hukum korban RZ, Sabtu, 9 Maret 2024.
Dia memahami kondisi tersebut karena memang tidak mudah bagi korban untuk berani bicara dan melapor. Sama seperti yang dialami RZ dan DF pun baru berani melapor setelah setahun terjadi.
Amanda menuturkan, seseorang yang mengalami pelecehan seksual berada dalam situasi sulit dan sampai trauma sehingga tidak mudah bagi korban untuk langsung bicara dan membuat laporan.
“Masyarakat harus paham bahwa tiap orang yang dilecehkan mempunyai sikap berbeda. Mereka harus menangani traumatis dulu,” katanya.
Dia menduga ada banyak korban lain yang mengalami pelecehan seperti RZ dan DF. Namun dia tidak tahu persis jumlahnya. “Diduga lebih dari tiga atau empat,” ujarnya.
Amanda mengapresiasi pihak-pihak yang berani mengungkap perilaku buruk ETH terkait pelecehan seksual. Seperti yang diungkapkan dalam media bahwa ada mantan karyawan ETH yang membenarkan kalau ETH sering melakukan tindakan tersebut pada karyawati yang merupakan bawahannya.
“Yang membuat statement tersebut pasti sudah sangat paham mantan rektor ini seperti apa selama ini. Saya apresiasi yang membuat statemen,” katanya.
Halaman Selanjutnya
Dia menduga ada banyak korban lain yang mengalami pelecehan seperti RZ dan DF. Namun dia tidak tahu persis jumlahnya. “Diduga lebih dari tiga atau empat,” ujarnya.