Jakarta – Informasi baru kembali terkuak, setelah transkrip insiden dari kecelakaan dua pesawat di Bandara Haneda Tokyo, dibuka ke publik oleh para pejabat setempat.
Dalam rilis tersebut, pesawat Penjaga Pantai Jepang sebenarnya tidak memiliki izin untuk lepas landas dan diminta untuk berhenti di landasan pacu, sebelum bertabrakan dengan pesawat Japan Airlines (JAL). Hal itu disampaikan oleh pembaca komunikasi dan dibeberkan pada Rabu, 3 Januari 2024, oleh pejabat Jepang di Tokyo.
Dilansir dari Gulf News, Kamis, 4 Januari 2024, rilis ini tampaknya bertentangan dengan keterangan kapten pesawat Penjaga Pantai, yang dilaporkan mengatakan bahwa dia telah mendapat izin untuk lepas landas.
De Havilland Canada Dash 8 menerima instruksi untuk meluncur ke titik tunggu C5 pada pukul 17:45 waktu setempat, delapan detik setelah menerima permintaan dari pengontrol lalu lintas udara, menurut transkrip.
Yang menambah intrik adalah kenyataan bahwa lampu stop-bar di persimpangan landasan pacu, yang memberikan indikasi visual kepada pilot apakah landasan pacu bersih atau tidak, tidak berfungsi sejak 27 Desember 2023.
Lampu-lampu di semua persimpangan menuju landasan pacu tersebut tidak lagi digunakan, menurut apa yang disebut Notice to Air Missions, atau NOTAM, yang berlaku hingga 21 Februari. Mengingat bahwa lampu yang tidak dapat digunakan telah diedarkan secara luas kepada pilot sebagai bagian dari proses NOTAM, pilot Penjaga Pantai seharusnya lebih berhati-hati saat memasuki landasan pacu yang aktif, menurut beberapa pilot, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya saat mendiskusikan prosedur.
Sekitar pukul 17.47 waktu setempat, pesawat JAL Penerbangan 516 mendarat, dan menabrak pesawat baling-baling pesawat Penjaga Pantai, yang kemudian meledak menjadi bola api di landasan.
Lima dari enam orang yang berada di dalam pesawat Penjaga Pantai tewas. Namun, kapten dan seluruh penumpang pesawat Airbus SE A350 yang berjumlah 379 orang berhasil selamat.
Transkrip tersebut juga menunjukkan bahwa pesawat penjaga pantai tidak memiliki izin untuk berada di landasan pacu sebelum kecelakaan terjadi, sementara jet penumpang JAL diizinkan untuk mendarat.
Pada konferensi pers, pejabat penjaga pantai menghindari kenyataan apakah kapten mereka telah salah memahami instruksi dari menara kendali, dan mengatakan bahwa mereka akan menyerahkan temuan tersebut pada penyelidikan yang sedang berlangsung. Mereka juga mengatakan mungkin ada interaksi lain selain percakapan yang tercatat dengan menara kendali.
Meskipun tabrakan di darat jarang terjadi, namun bisa sama mematikannya dengan tabrakan di udara. Di AS, banyak maskapai penerbangan yang mengalami sejumlah kendala pasca pandemi COVID-19, karena lonjakan jumlah perjalanan yang terjadi bersamaan dengan kurangnya pengontrol lalu lintas udara. Administrasi Penerbangan Federal (FAA) tahun lalu memerintahkan lebih banyak pelatihan bagi pengendali pesawat setelah terjadi lonjakan kejadian nyaris tabrakan.
“Transkrip interaksi ATC dengan beberapa pesawat telah diserahkan kepada penyelidik,” kata Tetsuo Saito, Menteri Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata pada konferensi pers.
Penyelidik juga saat ini terlihat di sekitar lokasi kecelakaan di Runway C di Bandara Haneda Tokyo. Menurut sebuah rekaman menunjukkan Airbus A350 seperti bangkai yang terbakar, hanya sayapnya yang masih utuh. Sementara pesawat Penjaga Pantai itu hancur tak dapat dikenali lagi, dan para penyelidik sedang mengumpulkan puing-puingnya. Pesawat baling-baling Dash 8 itu digunakan oleh Penjaga Pantai untuk mengirimkan bantuan darurat kepada korban gempa di barat laut Jepang.