Rabu, 29 November 2023 – 20:24 WIB
Jakarta – Direktur Keuangan PT Vale Indonesia Tbk (Vale), Bernardus Irmanto mengungkapkan, harga nikel pada tahun depan akan tertekan. Bahkan, ada kecenderungan terjadi oversupply di semua kelas.
“Harga nikel ke depan ini tentu saja sangat susah diprediksi. Tapi saya melihatnya bahwa memang ada tekanan pada harga,” kata Bernardus dalam konferensi pers Rabu, 29 November 2023.
Bernardus mengatakan, berdasarkan fundamentalnya dari permintaan dan supply dia melihat adanya tendensi kecenderungan oversupply di semua kelas.
“Walaupun kita juga melihat dengan adanya kegiatan konversi kelas dua ke kelas satu, itu oversupply di kelas dua juga diharapkan malah justru akan turun. Jadi akan balancing out diharapkan,” jelasnya.
Lanjut dia, dari equilibrium harga nikel kemungkinan akan berada di level yang lebih rendah. Sehingga, hal itu akan menjadi tantangan.
“Tapi itu juga akan dijawab PT Vale, kami sudah menyiapkan strategi-strategi bagaimana mensiasati harga nikel yang lebih rendah pada saat harga nikel. Saat ini menyentuh angka US$17.000/ton US$16.000/ton biaya berproduksi kami semakin turun gitu,” jelasnya.
Menurut Bernardus, dalam tiga bulan terakhir harga nikel sudah di US$10 ribu per ton. “Jadi kami mempunyai strategi khusus bagaimana bisa mengefisienkan biaya produksi dengan harga nikel yang lebih rendah, itu bisa kita siasati sehingga marjin kita masih tetap terjaga,” ujarnya.
Sementara itu Chief Operating Officer Vale Indonesia, Abu Ashar mengungkapkan bahwa pihaknya telah menetapkan target produksi untuk 2024. Yaitu, ada di kisaran 70.800 metrik ton dalam bentuk matte.
“Target produksi kami di tahun 2024 kurang lebih sama dengan tahun ini,” singkatnya.