Presiden Prabowo Subianto telah mengumumkan rencana penghematan anggaran negara yang jauh lebih besar dari proyeksi awal. Awalnya, target penghematan anggaran ditetapkan sebesar Rp 306,69 triliun, namun telah ditingkatkan menjadi Rp 750 triliun. Proses penghematan akan dilakukan dalam tiga tahap utama, dimulai dengan peninjauan anggaran oleh Kementerian Keuangan di bawah kepemimpinan Sri Mulyani Indrawati. Pada tahap pertama, pemerintah berhasil menghemat Rp 300 triliun dari Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara.
Sebagai bagian dari strategi pengelolaan anggaran, Presiden Prabowo telah mengalokasikan Rp 300 triliun ke Danantara, sebuah lembaga investasi yang bertugas mendanai proyek-proyek strategis nasional, khususnya di sektor infrastruktur, energi, dan teknologi. Seorang pakar digital, Anthony Leong, telah mengusulkan agar sebagian dana efisiensi itu diinvestasikan dalam Bitcoin. Ia mencontohkan bahwa beberapa negara, termasuk El Salvador, telah mengadopsi Bitcoin sebagai bagian dari cadangan devisa mereka.
Menurut Anthony, Indonesia juga bisa mengikuti langkah tersebut untuk memperkuat ketahanan ekonomi nasional. Dengan total utang pemerintah mencapai Rp 8.400 triliun, dan harga Bitcoin pada kisaran USD 87.149 per BTC, pemerintah bisa memperoleh sekitar 212.766 BTC jika mengalokasikan Rp 300 triliun untuk membeli Bitcoin. Dengan asumsi harga Bitcoin naik menjadi Rp 5 miliar per BTC, nilai investasi dapat meningkat menjadi Rp 1.063,83 triliun, atau sekitar 12,66% dari total utang negara. Jika harga Bitcoin mencapai Rp 20 miliar per BTC, nilai investasi dapat mencapai Rp 4.255,32 triliun, hampir menutupi setengah dari total utang negara.