Mahkamah Konstitusi (MK) telah menggelar sidang pengucapan putusan untuk 40 perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah atau Pilkada 2024 pada Senin (24/2). Dari total 310 perkara PHPU Kepala Daerah yang diregistrasi, MK telah memberikan putusan dan ketetapan terhadap 270 perkara pada tanggal 4-5 Februari 2025. Dalam putusannya, 227 perkara tidak diterima, 29 perkara ditarik kembali, 8 perkara dinyatakan gugur, dan 6 perkara dianggap bukan kewenangan MK.
Dari 40 perkara yang dilanjutkan untuk sidang pembuktian, terdapat 3 perkara Pemilihan Gubernur (Pilgub), 3 perkara Pemilihan Wali Kota (Pilwalkot), dan 34 perkara Pemilihan Bupati (Pilbup). MK mengabulkan sebanyak 26 perkara, menolak 9 perkara, dan tidak menerima 5 perkara. Beberapa contoh dari perkara yang diputuskan untuk dilakukan Pemungutan Suara Ulang (PSU) antara lain PHPU Kada Kab. Pasaman, PHPU Kada Kab. Mahakam Ulu, PHPU Kada Kab. Boven Digoel, dan lain sebagainya.
Selain itu, terdapat 9 perkara yang ditolak secara keseluruhan, seperti PHPU Kada Kab. Pasaman Barat, PHPU Kada Kab. Puncak, PHPU Kada Kab. Jeneponto, dan lain sebagainya. Di sisi lain, Mahkamah memutuskan untuk tidak dapat menerima permohonan dari 5 perkara PHPU, seperti PHPU Kada Kab. Mimika, PHPU Kada Kab. Halmahera Utara, PHPU Kada Prov. Papua Pegunungan, dan lain sebagainya.
Dalam satu putusan, MK memerintahkan KPU untuk melakukan rekapitulasi suara ulang terkait Pilkada Kabupaten Puncak Jaya. MK juga memerintahkan perbaikan penulisan Keputusan KPU Kabupaten Jayapura tentang Penetapan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Jayapura Tahun 2024. Dengan demikian, sidang pengucapan putusan MK terkait sengketa Pilkada 2024 memberikan kejelasan terhadap berbagai perkara yang diajukan.