Pada Kamis, 30 Januari 2025, Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, dengan tegas membantah spekulasi media mengenai pertukaran diplomatik antara Teheran dan Washington. Menurutnya, tidak ada pesan khusus yang disampaikan antara kedua negara. Dalam konferensi pers dengan wartawan, Araghchi menyebut bahwa kepercayaan antara Iran dan AS masih rapuh akibat tindakan AS di masa lalu. Ia menegaskan bahwa membangun kembali kepercayaan membutuhkan langkah konkret, bukan sekadar “kata-kata indah.”
Araghchi kembali menekankan bahwa akar ketidakpercayaan berasal dari penarikan AS dari kesepakatan nuklir 2015 atau JCPOA dan penerapan kembali sanksi di bawah pemerintahan Donald Trump. Ketika AS menarik diri dari kesepakatan tersebut, Iran mulai melanggar pembatasan nuklir dengan memperkaya uranium hingga 60 persen dan memasang sentrifus canggih. Upaya menghidupkan kembali kesepakatan tersebut di bawah pemerintahan Biden terhenti karena perbedaan pendapat tentang pencabutan sanksi.
Araghchi menekankan bahwa memulihkan kepercayaan antara Iran dan AS memerlukan tindakan nyata daripada kata-kata manis. Meskipun Iran terus berdiskusi dengan negara-negara Eropa sebagai bagian dari kelompok negosiasi P5+1, negara tersebut menunggu kejelasan kebijakan dari Washington sebelum melanjutkan pembicaraan. Saat ini, tidak ada rencana untuk bernegosiasi kembali dengan AS. Suara diplomat Iran ini mencerminkan harapan akan jaminan terkait penarikan AS di masa mendatang.