Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku Kepemimpinan Militer 1: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto]
Siapa pun yang tinggal di Magelang seperti saya, pasti mengetahui kisah perjuangan Pangeran Singosari. Beliau bukan hanya seorang prajurit dan pemimpin agama, tetapi juga seorang pembangun Magelang.
Pangeran Singosari, atau dikenal sebagai Kyai Raden Santri, Putra Ki Ageng Pemanahan adalah keturunan Prabu Brawijaya Majapahit. Beliau juga merupakan saudara kandung Raden Sutawijaya, atau lebih dikenal dengan nama Panembahan Senopati yang menjadi raja Mataram Islam pertama.
Pangeran Singosari adalah seorang bangsawan yang ditugaskan sebagai prajurit untuk merebut kembali kadipaten-kadipaten yang ingin memisahkan diri dari Mataram Islam.
Beliau juga pernah ditawari menjadi adipati sebuah kadipaten setelah Panembahan Senopati menjadi Raja, namun beliau menolaknya. Karena tekad dan semangatnya yang kuat dalam menyebarkan agama Islam, Pangeran Singosari memilih untuk keluar dari istana dan memerangi penjahat di Magelang.
Pangeran Singosari meninggalkan keluarganya lalu pergi ke tempat terpencil di pegunungan hutan bambu sebelah barat Gunung Merapi, untuk menyebarkan agama Islam. Karena perilaku baik dan ramahnya, masyarakat setempat menyambut baik kedatangannya.
Masyarakat sangat mengagumi dan menghormati beliau. Hingga sekarang, banyak orang mengunjungi makam Kyai Raden Santri, karena jasanya dalam penyebaran agama Islam dan pembangunan masyarakat di Magelang.
Kisah beliau mengingatkan saya bahwa seorang pemimpin militer harus mendapatkan dukungan dari rakyat. Ia harus mampu memberi, memberi kebaikan yang berkelanjutan kepada rakyat. Tidak cukup hanya jago berperang dan menghancurkan musuh. Pemimpin militer yang efektif harus pandai membangun. Tidak mungkin rakyat mendukung seorang pemimpin militer, rela berkorban harta dan mungkin nyawa, jika tidak untuk kebaikan mereka sendiri.
Sumber: https://prabowosubianto.com/pejuang-nasional-pangeran-singosari/
