Jumat, 3 November 2023 – 11:08 WIB
Jakarta – Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir merupakan dampak dari situasi ekonomi dan politik di Amerika Serikat (AS). Hal itu diungkapkan Menteri Keuangan sekaligus Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Sri Mulyani Indrawati.
Baca Juga :
KSSK Sebut Sistem Keuangan RI Stabil, Sri Mulyani: Kewaspadaan Ditingkatkan Terhadap Risiko Global
Sri mengatakan bahwa pelemahan nilai tukar mata uang terhadap dolar AS sebetulnya tidak hanya dialami oleh rupiah saja. Melainkan juga terhadap mata uang negara lainnya. Bahkan, Menkeu mengatakan bahwa situasi pelemahan yang dialami mata uang negara lain terhadap dolar AS, masih lebih buruk dibandingkan pelemahan rupiah.
“Penguatan signifikan dolar AS mendorong pelemahan berbagai mata uang negara-negara lain di dunia, termasuk rupiah,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK di Gedung BI, Jakarta, Jumat, 3 November 2023.
Dia menambahkan, masih tingginya inflasi di AS memungkinkan The Fed kembali mengerek suku bunga acuan, yang berpotensi menimbulkan gejolak di pasar keuangan global. Ditambah dengan kaburnya aliran modal (capital outflow) dari negara-negara emerging markets, hal itu lah yang turut membuat dolar AS menguat signifikan.
Sampai 27 Oktober 2023, Indeks Dolar AS dilaporkan mencapai 106,56, atau menguat 2,93 persen secara year-to-date(ytd) dibandingkan akhir tahun lalu. Menkeu memastikan, pelemahan rupiah yang hanya 2,34 persen itu sebenarnya tidak terlalu besar, terutama bila dibandingkan dengan pelemahan mata uang negara lain.
Misalnya seperti Yen yang melemah sebesar 12,61 persen, Dolar Australia sebesar 6,72 persen, Ringgit Malaysia sebesar 7,82 persen, dan Bath Thailand yang juga melemah sebesar 4,39 persen.
“Ke depannya, langkah stabilitas nilai tukar rupiah akan terus diperkuat, agar sejalan dengan nilai fundamentalnya. Serta untuk mendukung upaya pengendalian imported inflation,” ujar Menkeu.
Selain itu, lanjut Sri Mulyani, upaya lain juga akan terus diperkuat guna mendongkrak mekanisme pasar, dalam manajemen likuiditas dari institusi keuangan domestik.
“Kemudian, menarik masuknya aliran portofolio asing dari luar negeri, serta meningkatkan dan memperluas koordinasi dalam rangka implementasi instrumen penempatan DHE SDA (Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam),” ujarnya.
Halaman Selanjutnya
“Ke depannya, langkah stabilitas nilai tukar rupiah akan terus diperkuat, agar sejalan dengan nilai fundamentalnya. Serta untuk mendukung upaya pengendalian imported inflation,” ujar Menkeu.