Membawa Pemulung Menuju Kesuksesan

by -591 Views

Perasaan cemas melingkupi Siti Salamah. Dia khawatir dengan situasi di tempat yang akan dikunjunginya yang baru. Meski takut, niatnya tidak surut. Sambil terus berdoa, dia tetap melangkah dengan suara hatinya. Lapak pemulung di daerah Warung Jengkol, Pondok Aren, Tangerang Selatan menjadi tujuan Siti. Setibanya di lokasi, relawan ini langsung bertemu dengan bos lapak. Dia menyampaikan tujuannya untuk mengajar anak-anak pemulung di sana. Bos lapak dan warga di lokasi memberikan respons yang positif terhadap keinginan Siti. Dia diberi izin untuk mengajar di sebuah musala di sana. Dengan sambutan yang baik, ketakutan Siti segera hilang.

Kejadian ini terjadi pada Maret 2015 dan masih lekat dalam ingatan Siti. Namun, Siti tidak pernah berpikir untuk mengajar di lapak pemulung tersebut. Namun, seorang teman memberitahukan kepadanya tentang permukiman tersebut. Temannya yang tidak berhasil masuk ke tempat tersebut menawarkan Siti untuk mengajar di sana. Siti merasa tidak percaya bahwa dia diterima dengan baik. Saat awal mengajar, Siti menghadapi kesulitan dalam mengajari anak-anak di lapak tersebut. Namun, dia perlahan-lahan mencoba memberikan pemahaman tentang pentingnya pendidikan kepada mereka. Dia mulai mengajar mengaji.

Siti memberi nama tempat belajar itu “Taman Magrib Mengaji” dan setiap hari setelah pulang kerja, dia mengajar di sana tanpa mendapatkan bayaran. Ada sekitar 20 anak yang mengikuti pendidikan nonformal di kelas tersebut, mulai dari usia 5 tahun hingga anak SMP. Karena banyak anak yang putus sekolah, Siti menghubungi home schooling Kak Seto di Parigi, Tangerang Selatan agar mereka dapat melanjutkan pendidikan secara gratis di sana.

Namun, langkah Siti tidak berjalan mulus. Formulir sekolah yang dia berikan kepada orang tua murid tidak semuanya diterima. Ada yang disembunyikan dan ada yang dibuang. Hal ini tidak membuat Siti menyerah. Dia terus berusaha membantu anak-anak pemulung untuk mendapatkan pendidikan. Siti meluangkan waktu dan tenaganya untuk membantu para pemulung. Dia bahkan pernah sakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan tifus karena melakukan itu. Namun, ada satu titik di mana Siti tidak mau lagi mengurus para pemulung. Dia merasa terluka dengan sikap dan perkataan mereka. Siti akhirnya berhenti mengajar selama dua bulan.

Para pemulung kemudian menghubungi Siti dan meminta maaf. Mereka meminta Siti untuk kembali mengajar. Siti pun tergerak untuk kembali ke lapak pemulung. Ketika dia tiba di sana, hatinya luluh ketika anak-anak pemulung menyambut dan memeluknya. Dia pun mulai mengajar lagi. Siti berpikir bahwa jika bukan dia, maka siapa lagi yang akan membantu mereka.

Siti tidak hanya memperluas kegiatannya untuk anak-anak, tetapi juga untuk orang dewasa. Dia membentuk komunitas bernama Rumah Pohon dan menggabungkan Taman Magrib Mengaji ke dalam komunitas tersebut. Berbagai kegiatan diadakan dalam komunitas tersebut, seperti mengaji, berbagi masalah, pemeriksaan kesehatan, kerja bakti, upacara, dan perayaan Hari Kemerdekaan. Saat ini, Rumah Pohon merupakan bagian dari Wastehub, sebuah inovasi sosial yang fokus pada pengelolaan sampah dengan pendekatan ekonomi sirkular dan sistem teknologi terintegrasi.

Pembentukan Wastehub dimulai saat Siti mengikuti program Youth Action Forum di Jakarta pada tahun 2017. Di forum tersebut, Siti bertemu dengan Ranitya Nurlita yang peduli dengan lingkungan. Mereka bekerja sama dan membentuk Wastehub pada tahun 2018. Wastehub mengangkat pemulung sebagai mitra dan memberdayakan mereka. Menurut Siti, selama ini pemulung sering dianggap rendah. Dengan adanya Wastehub, pemulung diharapkan dapat naik ke level yang lebih baik.

Wastehub melibatkan pemulung dalam berbagai kegiatan, seperti pengelolaan sampah acara dan cluster perumahan, serta pelatihan intensif bagi pemulung. Banyak pemulung yang terlibat dalam kegiatan tersebut dan mereka dibayar sesuai dengan lama kerja mereka. Wastehub juga memberikan pelatihan kepada pemulung, seperti membuat kerajinan tangan dari barang bekas. Siti dan Wastehub selalu berusaha untuk melibatkan pemulung dalam kegiatan mereka. Tidak ada sistem keanggotaan bagi para pemulung, mereka sudah seperti keluarga.

Hingga saat ini, Wastehub telah melibatkan ribuan pemulung, peserta, dan relawan dalam kegiatan mereka. Jumlah sampah yang telah dikelola mencapai 2.437,17 kg. Wastehub juga memberikan bantuan sembako dan pelatihan kepada pemulung. Semua kegiatan ini sangat bermanfaat bagi mereka, sehingga Siti dan Sudarti, pemilik lapak pemulung di Cipadu, berharap agar kegiatan-kegiatan ini terus ada dan membuat pemulung menjadi lebih maju. Siti ingin para pemulung dapat meraih masa depan yang lebih cerah. Dia merasa bangga melihat mantan anak didiknya menjadi mahasiswa, guru, dan asisten chef. Pencapaian mereka membawa kebahagiaan yang tidak bisa diungkapkan dengan