Koalisi Muhammadiyah dan NU Terekspresikan melalui Pasangan Anies-Cak Imin menurut Din Syamsuddin

by -137 Views

Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin, menganggap pasangan Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (Cak Imin) sebagai representasi dari dua ormas besar, yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.

Menurut Din, pasangan Anies-Cak Imin sudah mewakili koalisi dari dua ormas tersebut. Din mengatakan, “Ini bukanlah kebetulan. Saya pernah ditanya kapan Indonesia akan dipimpin oleh tokoh NU dan Muhammadiyah? Saya jawab, Cak Imin adalah tokoh NU dan Mas Anies bisa dianggap berasal dari Muhammadiyah. Ini adalah koalisi antara Muhammadiyah dan NU yang sudah terjadi.”

Namun, Din menegaskan kepada tokoh agama lain bahwa hal ini bukanlah wawasan sektarianisme. Ia mengatakan, “NU dan Muhammadiyah adalah pilar negara dan bangsa Indonesia, oleh karena itu tidak perlu khawatir karena keduanya ikut membangun negara dan bangsa.”

Din menjelaskan bahwa ormas-ormas Islam di Indonesia, termasuk NU dan Muhammadiyah, memiliki wawasan tengah atau wasatiyah. “Kami hadir untuk mengapresiasi ijtihad politik,” tegas Din Syamsuddin.

Dalam hal pemimpin muda, Din menyatakan bahwa kedua Capres masih berusia relatif muda. “Keduanya bisa dianggap sebagai pemimpin muda, aktivis organisasi kepemudaan dan kemahasiswaan. Mereka belum tua. Rambut mereka masih hitam. Mereka memiliki pengalaman dalam mengorganisir organisasi pemuda dan mahasiswa, baik Cak Imin maupun Mas Anies, serta memiliki pengalaman dalam mengelola politik nasional, baik di kementerian maupun di lembaga legislatif,” papar Din.

Selain faktor usia, Din mengatakan bahwa Indonesia membutuhkan pemimpin yang segar. “Kadang-kadang perlu adanya pergantian pemimpin nasional. Di negara lain, termasuk Amerika Serikat, ada tokoh-tokoh yang berusia tua tetapi secara biologis masih muda, tidak terlalu muda,” jelas Din.

Din juga mengingatkan bahwa memiliki pemimpin terlalu muda bisa berbahaya karena kurangnya pengalaman. Demikian pula dengan pemimpin yang sudah tua, karena rawan pikun. “Seseorang yang masih relatif muda sangat diperlukan, tetapi pengalaman kepemimpinan juga sangat penting,” tegas Din Syamsuddin. VN-DAN