Dampak Stress Terhadap Kesehatan Mental Para Pekerja

by -193 Views

Minggu, 13 Oktober 2024 – 13:56 WIB

VIVA – Puncak peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (HKJS) 2024 diadakan di Jakarta, Minggu (13/10/2024). Dalam acara tersebut dihadiri Kepala Biro Hubungan Masyarakat Kementerian Ketenagakerjaan, Sunardi Manampiar Sinaga.

Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mengungkapkan Labour Organization (ILO) tahun 2016, menyatakan stres kerja merupakan hal berisiko bagi keselamatan dan kesehatan pekerja ketika pekerjaan dilakukan melebihi kemampuan dan kapasitas pekerja secara terus-menerus.

Laporan The Health and Safety Executive (HSE) tahun 2023 juga melaporkan sebanyak 875 ribu kasus stress, depresi, dan kecemasan terdapat 17,1 juta hari hilang akibat stres, depresi, atau kecemasan terkait pekerjaan.

“Penelitian menunjukkan tekanan kerja, tuntutan tinggi, dan keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi dapat mempengaruhi kesehatan jiwa pekerja,” kata Sekjen Kemnaker dalam sambutan yang dibacakan Karo Humas Kemnaker.

Data Indonesia.id berdasarkan penelitian survei Gallup di negara Asia Tenggara pada 2021 hingga akhir Maret 2022, sebanyak 20 persen dari 1000 responden merasa stress ketika berada di tempat kerja.

“Stres kerja yang kronis dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan jiwa, seperti kecemasan dan depresi,” kata Sunardi.

Sunardi menambahkan Kemnaker akan selalu memperkuat komitmen untuk menjaga kesehatan mental para pekerja agar tetap terjaga dan tidak mengalami depresi. Karena pekerja yang mengalami depresi akan mengganggu produktivitas.

“Tak ada gunanya bekerja, jika mental terganggu karena akan merusak yang lainnya,” ujarnya.

Ditegaskan Sunardi, perlunya perhatian pimpinan dari setiap unit perusahaan/organisasi pemerintah terhadap staf pekerjanya karena para staf memiliki beban pikiran yang berbeda-beda dalam setiap kehidupan sosialnya.

“Para pimpinan perusahaan/organisasi pemerintah juga harus bisa menjadi orang tua di tempat kerja, menjadi tempat curhat, dan tempat bertanya hingga memberikan nasihat kepada staf/pekerjanya,” jelasnya.

Menurut Sunardi, para pemimpin perusahaan/organisasi pemerintah juga harus bisa menjadi orang tua di tempat kerja, menjadi tempat curhat, dan tempat bertanya hingga memberikan nasehat kepada staf/pekerjanya.

“Untuk mengatasi kesehatan mental saat ini, tak bisa lagi para pemimpin lepas tangan dan harus peka terhadap jajarannya. Khususnya yang mengalami perubahan sikap, perilaku serta tutur kata yang mengarah pada masalah kejiwaan dan jangan sampai pekerja mengalami stres,” ujarnya.