Sabtu, 31 Agustus 2024 – 09:33 WIB
Jakarta, VIVA – Anies Baswedan dipastikan gagal maju dalam Pilkada Jakarta 2024 setelah namanya tidak turut didaftarkan sebagai bakal calon oleh partai politik di Pilkada Jakarta 2024.
Ada tiga partai yang sejak awal mengusungnya, yakni NasDem, PKB dan PKS, batal mencalonkan dirinya di Pilkada Jakarta, dan berbalik arah mendukung Ridwan Kamil-Suswono yang didukung Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus.
Pun, dengan PDI Perjuangan yang santer menjadi salah satu partai yang akan mengusung Anies di Jakarta, juga urung mengusungnya. PDIP akhirnya mengusung Pramono Anung-Rano Karno.
Sementara beberapa partai non-parlemen yang memberikan dukungan agar Anies maju seperti dari Partai Buruh dan Hanura, tidak cukup memenuhi ketentuan ambang batas yang disyaratkan MK — sepeninggal PKB, NasDem, PKS dan PDIP.
Tak hanya Anies Baswedan, nama beken seperti Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok juga tidak berlayar di Pilkada Jakarta tahun 2024. PDIP lebih memilih Pramono Anung-Rano Karno ketimbang Ahok.
Ridwan Kamil Surplus Dukungan
Fenomena ini menjelaskan bahwa popularitas dan elektabilitas yang tinggi tidak selalu berbanding lurus dengan dukungan politik. Diketahui, berbagai lembaga survei merilis nama Anies teratas di Pilkada Jakarta, disusul Ahok dan Ridwan Kamil.
Tersisa Ridwan Kamil berlaga di Pilkada Jakarta berpasangan dengan Suswono. Paslon tersebut dusung 13 partai politik yang menamakan dirinya Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus.
Saidiman Ahmad, Peneliti Politik dan Kebijakan Publik Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), memprediksi angka golput di Pilkada Jakarta 2024 bisa jadi akan meningkat seiring dengan tidak adanya figur Anies dan Ahok di pencalonan.
“Boleh jadi begitu (fenomena golput), karena tidak ada figur Anies dan tidak ada figur Ahok, karena dua tokoh ini merupakan mantan Gubernur Jakarta dan approval ratingnya tinggi, dan rasional kalau warga Jakarta menginginkan dua tokoh ini lah yang bertarung,” kata Saidiman Ahmad dalam perbincangan di tvOne, dikutip Sabtu, 31 Agustus 2024.
Menurutnya, baik Anies dan Ahok sama-sama figur yang selama ini teratas dalam survei Pilkada Jakarta 2024. Anies dalam beberapa survei elektabilitasnya berkisar 30-40 persen, disusul Ahok dan Ridwan Kamil.
Anies dan Ahok kandas karena tak memperoleh dukungan partai, sementara Ridwan Kamil surplus dukungan. Dengan tanpa figur Anies dan Ahok di Pilkada Jakarta 2024, Saidiman menprediksi peningkatan angka golput akan terjadi.
“Karena aspirasi itu tidak difasilitasi partai politik boleh jadi golput meningkat sebagai bentuk protes,” tegasnya
Parpol Tidak Fair
Senada, Peneliti dari Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Fadli Ramadhanil mengkritik mekanisme demokrasi di internal partai politik ketika melakukan rekrutmen calon Gubernur Jakarta.
“Selama ini partai politik tidak punya mekanisme demokrasi yang fair untuk memberikan rekomendasi kepada figur yang dikehendaki publik,” kata Fadli
Menurutnya, perlu ada evaluasi pola rekrutmen calon kepala daerah di internal partai politik agar tak hanya selera elite, tapi juga sejalan dengan keinginan publik.
Ia juga mendorong tokoh atau figur berkualitas dan memiliki elektabilitas yang baik bisa ikut mekanisme di internal di parpol, seperti menjadi kader sehingga mengalami injeksi ideologi partai sebelum mengikuti rekrutmen untuk jabatan politik.
“Kita berharap golput tidak banyak apalagi kalo dilihat jumlah calon kan ada 3 calon, tentu perlu diberi kesempatan kepada calon untuk berbicara gagasan mereka,” ujarnya
Halaman Selanjutnya
Fenomena ini menjelaskan bahwa popularitas dan elektabilitas yang tinggi tidak selalu berbanding lurus dengan dukungan politik. Diketahui, berbagai lembaga survei merilis nama Anies teratas di Pilkada Jakarta, disusul Ahok dan Ridwan Kamil.