Ilmuwan Menemukan Metode Pengendalian Stres, Taruna Ikrar Dipercaya Menjadi Kepala BPOM

by -101 Views

Senin, 19 Agustus 2024 – 11:58 WIB

Presiden Joko Widodo (Jokowi) melantik Taruna Ikrar sebagai Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Istana Negara, Jakarta, Senin, 19 Agustus 2024.

Ia dilantik untuk menggantikan Plt. Kepala BPOM Lucia Rizka Andalusia, dan pejabat definitif Kepala BPOM sebelumnya Penny K. Lukito. Pelantikan itu berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 115/PPA Tahun 2024 tentang Pengangkatan Pejabat Pimpinan Tinggi Utama di lingkungan BPOM.

Taruna Ikrar dilantik bersama dengan kepala lembaga lainnya, yakni Dadan Hindayana sebagai Kepala Badan Gizi Nasional dan Hasan Nasbi sebagai Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan.

Pada Senin ini, Presiden Joko Widodo juga melantik sejumlah menteri dan wakil menteri, yakni Supratman Andi Agtas sebagai Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham), Bahlil Lahadalia yang dilantik sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral dan Rosan Roeslani sebagai Menteri Investasi/Kepala BKPM, serta Angga Raka Prabowo sebagai Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo).

Taruna Ikrar merupakan dokter dan seorang ilmuwan dalam bidang farmasi, jantung, dan syaraf. Ia pernah menjabat sebagai spesialis laboratorium di departemen anatomi dan neurobiologi di Universitas California di Irvine. Ikrar merupakan salah satu pemegang paten metode pemetaan otak manusia sejak tahun 2009. Dia pernah menjabat sebagai Wakil Ketua PB Ikatan Dokter Indonesia periode 2000-2003.

Taruna Ikrar bersama dengan timnya yang juga spesialis senior pada Divisi Neurobiologi di Universitas California, Irving, AS, telah menemukan metode pengendali kecemasan dan stres. Metode yang dimaksud yaitu mengendalikan kecemasan dan stres dengan mempelajari sistem saraf pada bagian kepala dan otak manusia. Dalam studi yang dilakukan, Taruna bersama timnya mendeteksi secara spesifik sel saraf yang dideteksi berkontribusi memunculkan kecemasan dan stres. Deteksi dilakukan dengan menggunakan metode berbasis photostimulation khusus yang dikembangkan dalam laboratorium. Metode itu dipakai untuk memetakan sirkuit lokal pada area bed nucleus of the stria terminalis (BNST). Untuk diketahui BNST merupakan area penentu stres, cemas, dan ketakutan. Dalam studinya, tim yang dipimpin Taruna juga menggunakan metode laser scanning photostimulation (LSP) yang dikombinasikan dengan rekaman sel saraf secara langsung. Metode ini memungkinkan pemetaan dengan resolusi tinggi, akurat pada area BNST di otak. Selain LSP, peneliti juga menggunakan metode optogenetik. Dari percobaan tersebut, tim menemukan metode pemetaan otak secara LPS efektif memetakan koneksi sel-sel saraf penghambat di daerah BNST.

Dengan metode optogenetik, peneliti juga mampu memetakan jenis koneksi sel-sel saraf penghambatan secara sangat spesifik. Metode optogenetik ini secara mudah bisa mematikan dan menghidupkan saraf penghambatan di otak. “Data kami, mengonfirmasi bahwa koneksi sel-sel saraf penghambatan yang kuat di BNST dapat dikontrol, yang berarti kami dapat mengontrol proses stres, cemas, dan ketakutan pada subjek penelitian kami,” tulis peneliti dalam keterangan tertulisnya. Dalam penelitian ini, Taruna berperan sebagai peneliti utama bersama dengan peneliti lain yaitu Xiangmin Xu, Todd C. Holmes. Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam Journal of Neurophysiology pada 6 April 2016.