LIEUTENANT GENERAL TNI (RET.) YOGIE SUARDI MEMET

by -120 Views

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer dari Pengalaman Bab I: Pemimpin Teladan Tentara Nasional Indonesia]

Pak Yogie memang seperti kebanyakan generasi tahun 45. Wajahnya bersahabat. Matanya tajam dan sikapnya sangat percaya diri. Dia sangat disiplin dan sangat berpengetahuan luas. Dia lancar berbicara dalam berbagai bahasa asing, dan tentu saja, dia sangat patriotik.

Nilai kunci yang saya pelajari dari generasi tahun 45 adalah cinta tanah air yang tanpa syarat. Mereka juga penuh percaya diri karena berhasil mengusir para penjajah.

Pada pertemuan pertama saya dengannya, saya terkesan bahwa ia mengingatkan saya, atau memperingatkan saya, untuk selalu menghormati kedua orang tua saya. Dia sangat religius dan rajin ke masjidnya. Dia yang pertama aktif dalam membendung perilaku nakal di Korps Baret Merah.

Saya mengenal Pak Yogie Suardi Memet ketika saya lulus dari pelatihan komando di Pusat Pendidikan dan Latihan Pasukan Khusus (PUSDIKLATPASSUS), Batujajar. Saat itu saya masih Letnan Dua. Setelah lulus, saya melaporkan diri kepada Komandan KOPASSANDHA saat itu, Brigadir Jenderal Yogie Suardi Memet.

Meskipun posturnya tidak terlalu tinggi, penampilannya sangat menarik. Dia sangat rapi, dengan rambut pendek, kumis yang rapi, dan seragam yang pas. Tidak ada lemak yang terlihat sedikit pun. Dia suka menggulung lengan bajunya untuk menampilkan bisep dan trisep yang besar. Dia tegas namun bersahabat.

Dia adalah contoh dari generasi tahun 45, penuh percaya diri setelah berhasil mengalahkan penjajah asing dan menunjukkan cinta tanah air yang tulus. Seorang patriot. Dia juga sangat disiplin dan berpengetahuan luas, menguasai berbagai bahasa asing.

Saat pertama kali bertemu dengannya, saya terkesan bahwa ia mengingatkan saya, atau lebih tepatnya memperingatkan saya, untuk selalu menghormati kedua orang tua saya.

Dia sangat taat beragama dan rajin ke masjidnya. Dialah yang mulai memberantas ‘kebiasaan buruk’ di Korps Baret Merah.

Pada saat itu, budaya minum-minum sangat merajalela di Korps tersebut. Ada ‘harapan’ bahwa prajurit yang baik dalam pertempuran juga harus pandai dalam minum-minum dan unggul dalam ‘kenakalan’ lainnya.

Yang menarik, jika menggunakan mobil dinas, ia tidak akan membiarkan istrinya duduk di depan, bahkan jika tempat duduk tersebut kosong. Saat itu, mobil dinas Komandan KOPASSANDHA adalah Toyota Land Cruiser atap kanvas. Bagiannya, mobil dinas adalah untuk komandan, bukan untuk istrinya. Inilah contoh dari generasi tahun 45.

Pak Yogie S. Memet adalah mantan Komandan Batalyon 330 Kujang I Siliwangi. Satuan yang ia pimpin berhasil menangkap Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan dalam operasi pemberantasan DI/TII di bawah kepemimpinan Kolonel Infanteri Andi Muhammad Yusuf, Komandan Komando Teritorial XIV/Hasanuddin.

Dia bukan lulusan Akademi Militer. Ketika Indonesia baru saja mendeklarasikan kemerdekaannya, negara belum memiliki akademi militer. Hanya ada program pelatihan perwira angkatan darat yang disebut P3AD di Bandung. Itulah tempat dia lulus. Selain Yogie S. Memet, alumni terkenal P3AD lainnya termasuk Jenderal L.B. Moerdani dan Letnan Jenderal Dading Kalbuadi.

Source link