Siasat Menjegal Trauma Pascabencana – prabowo2024.net

by -137 Views

Trauma bisa terjadi pada setiap korban atau penyintas dari suatu kejadian bencana. Namun, tidak semua penyintas akan mengalami fase tersebut. Palupi Budi Aristya atau Upi (21 tahun) belakangan merasa cemas dengan meningkatnya aktivitas Gunung Merapi, Jawa Tengah. Traumanya berasal dari letusan besar Gunung Merapi pada tahun 2010 yang membuatnya harus mengungsi.

Amukan Merapi pada tahun 2010 menyebabkan kerusakan besar, dimana rumah Upi hancur dan diselimuti abu. Setelah lebih dari sepuluh tahun, kenangan itu kembali menghantui Upi saat aktivitas gunung meningkat baru-baru ini. Upi telah pindah ke wilayah Cangkringan yang masih berjarak sekitar 10 km dari Merapi. Meskipun begitu, dia masih merasa cemas dan takut ketika terdengar suara letusan.

Lain cerita dengan Aris (27 tahun), penyintas bencana gempa dan tsunami Aceh tahun 2004. Ketika tsunami, Aris juga masih kanak-kanak, dan ingatannya tentang peristiwa tersebut membuatnya trauma. Butuh waktu bertahun-tahun bagi Aris keluar dari fase traumatik itu.

Wahyu Cahyono, seorang praktisi psikologi kebencanaan, menjelaskan bahwa setelah kejadian bencana, korban memerlukan dukungan psikologis yang dapat berasal dari dalam komunitas atau dari pihak eksternal seperti para relawan yang membantu di lokasi bencana. Dukungan tersebut memiliki peranan penting dalam menentukan apakah seseorang akan dengan cepat beradaptasi dengan keadaan atau malah tenggelam dalam kesedihan dan perasaan sendiri.

Dukungan psikologis awal, atau dukungan psikososial, ini dibutuhkan oleh korban bencana untuk mengelola dampak psikologis yang mereka rasakan akibat bencana. Ini harus diupayakan dari dalam lingkup komunitas, atau masyarakat yang mengalami bencana itu sendiri.

Relawan pendamping adalah orang-orang yang telah menerima pembekalan khusus terkait kegiatan pendampingan korban bencana. Mereka membantu korban bencana untuk mengelola dampak psikologis yang mereka rasakan akibat bencana. Contohnya adalah kegiatan pendampingan untuk anak di lokasi bencana yang menjadikan relawan sebagai orang-orang yang mendampingi korban bencana dan memberikan dukungan psikologis.

Source link