Rabu, 13 Desember 2023 – 10:34 WIB
Washington – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan bahwa Israel mulai kehilangan dukungan internasional akibat pengeboman tanpa pandang bulu di Jalur Gaza. Komentarnya tersebut menandai kritiknya yang paling keras terhadap kepemimpinan Israel.
Biden diketahui telah memberikan dukungan publik yang teguh kepada Israel sejak Hamas melancarkan serangannya pada 7 Oktober 2023. Meskipun ia menegaskan kembali bahwa Israel dapat mengandalkan dukungan AS, ia juga mengeluarkan peringatan langsung kepada pemerintah Tel Aviv.
“Keamanan Israel bisa saja bergantung pada Amerika Serikat, namun saat ini Israel memiliki (dukungan) lebih dari Amerika Serikat. Israel memiliki Uni Eropa, memiliki Eropa, dan memiliki sebagian besar wilayah di dunia,” katanya, dikutip dari BBC Internasional, Rabu, 13 Desember 2023.
“Tetapi mereka mulai kehilangan dukungan karena pemboman tanpa pandang bulu yang terjadi,” sambungnya.
Meski demikian, Biden menambahkan bahwa tidak ada toleransi mengenai perlunya menghadapi Hamas dan Israel berhak untuk melakukannya. Pemimpin Amerika ini telah menghadapi tekanan yang semakin besar, termasuk dari dalam Partai Demokrat, untuk mengendalikan kampanye militer Israel. Pernyataan Biden sejalan dengan pendekatan pemerintahannya baru-baru ini terhadap perang, di mana para pejabat mendesak Israel untuk mengutamakan nyawa manusia dan memberikan instruksi yang lebih jelas agar masyarakat menghindari konflik.
Para pejabat senior AS juga menunjukkan ketidakpuasan yang meningkat terhadap respons militer Israel. Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan lebih dari 18.400 orang telah tewas akibat pemboman Israel sejak 7 Oktober lalu. Israel tak menginginkan solusi dua negara
Dalam sebuah pernyataan pada Selasa, 12 Desember 2023, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan Israel telah menerima dukungan penuh dari AS untuk perang darat, serta tujuannya untuk menghancurkan Hamas dan memulihkan sandera. Dia menambahkan bahwa Washington telah memblokir tekanan internasional untuk menghentikan perang.
“Ya, ada perbedaan pendapat mengenai ‘hari setelah serangan Hamas’ dan saya berharap kita akan mencapai kesepakatan di sini juga,” ujar Netanyahu.
Biden menyinggung ketidaksepakatan keduanya dan mengatakan Netanyahu harus mengubah pemerintahannya serta pendiriannya mengenai solusi dua negara, yang telah dipromosikan oleh para pejabat tinggi AS sebagai jalur pascaperang.
Proposal tersebut didukung oleh komunitas internasional untuk mengakhiri konflik, yang telah berlangsung selama puluhan tahun, dan akan mengarah pada pembentukan negara Palestina merdeka di Gaza dan Tepi Barat yang berdampingan dengan Israel. “Ini adalah pemerintahan paling konservatif dalam sejarah Israel,” kata Biden.
“Pemerintahan di Israel mempersulitnya. Mereka tidak menginginkan solusi dua negara.” Komentarnya mencerminkan ketidaksepakatan yang muncul mengenai arah yang harus diambil setelah perang.
Netanyahu juga mengatakan dia menentang seruan AS agar Otoritas Palestina, yang saat ini mengelola sebagian Tepi Barat yang diduduki Israel, mengambil alih kendali atas Gaza. Meskipun kata-kata Biden sangat blak-blakan, para pejabat senior Amerika semakin menyatakan ketidakpuasannya terhadap kampanye militer Israel.
Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan beberapa hari yang lalu bahwa ada kesenjangan antara janji otoritas Israel untuk menyelamatkan warga sipil di Gaza dan kenyataan di lapangan.