Jakarta – (VanusNews) Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo menyayangkan munculnya gelombang protes yang semata-mata didasari kekhawatiran berlebihan terhadap niat baik pemerintah, yakni penerapan inovasi teknologi Wolbhachia sebagai upaya menghentikan penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia.
Politisi PDI Perjuangan (PDIP) ini meyakini, jika pro dan kontra terhadap kebijakan Wolbhachia terus berlanjut, maka pada gilirannya masyarakatlah yang menjadi korban.
“Masyarakat resah, khawatir bahkan ketakutan akibat informasi yang simpang siur dan sepetong-sepotong menyangkut Wolbachia. Harus diakui, belakangan ini informasi yang diterima masyarakat menyangkut Wolbhachia simpang siur,” kata Rahmad kepada para wartawan, Sabtu (18/11/2023).
Menurut Rahmad, banyak hoax tentang Wolbhachia yang bermunculan di ruang-ruang publik sehingga membuat masyarakat menjadi ketakutan.
“Apalagi misalnya, ada yang mendengungkan kalau Wolbachia adalah jentik nyamuk yang sengaja diimpor untuk merusak anak bangsa ini. Nah, pendapat ini sebenarnya kan konyol tapi informasi sepotong tanpa didukung fakta dan data seperti ini tetap bisa membuat masyarakat risau dan ketakutan,” ujar Rahmad.
Rahmad tidak menampik jika pihak yang menolak Wolbhachia, termasuk protes dari seorang mantan Menteri Kesehatan, maksudnya sebenarnya baik-baik saja.
Dikatakan Rahmad, semua berkomentar karena ingin melindungi kesehatan masyarakat.
“Hanya saja, karena informasi yang didengungkan tidak utuh dan cenderung menyerang kebijakan pemerintah, akhirnya masyarakat yang jadi bingung,” tutur Rahmad.
Rahmad meyakini, niat pemerintah menerapkan inovasi tekonolgi modern seperti Wolbhachia ini sangat mulia, di mana pemerintah ingin mengurangi penyebaran penyakit DBD.
“Tapi karena strategi penyebaran informasi dan edukasi tidak utuh, ya seperti ini jadinya, masyarakat jadi bingung. Misalnya ya, rang tua saya sendiri sempat beberapa kali menanyakan kepada saya, apa betul informasi yang dikatakan para pemrotes penerapan Wolbhachia itu,” ungkap Rahmad.
Rahmad pun mengajak semua pihak termasuk pemerintah untuk menyikapi kondisi ini dengan asas kehati-hatian, terutama saat membuat pernyataan khususnya lewat media sosial.
Rahmad mengungkapkan, pemerintah tidak akan mengeluarkan satu kebijakan mengeluarkan program dengan asal-asalan tapi berdasarkan satu penelitian dan berdasarkan keilmuan.
Artinya, jelas Rahmad, kebijakan itu akhirnya diambil berdasarkan suatu rangkaian panjang.
“Nah, kalau kita lihat penerapan Wolbachia untuk memberatas DBD sudah sudah diberlakukan di banyak negara. Indonesia juga sudah melakukan langkah penelitian, namun demikian sekali lagi pemerintah juga harus menggunakan asas kehati-hatian,” imbau Rahmad.
“Artinya asas kehati hatian dan kewaspadaan terhadap dampak dampak yang tidak diinginkan harus kita minimalkan,” sambung Legislator asal Dapil Jateng 5 ini.
Rahmad pun menyarakan untuk meredakan pro dan kotra ini, para pihak duduk bersama.
“Jangan sampai kegundahan semakin meluas. Masalahnya, meskipun niat baik tapi karena didasari kekhawatiran yang berlebihan akhirnya jadi kontra produktif,” tegas Rahmad.
Rahmad mendesak pemerintah mengambil alih kebijakan program ini dan mensosialisasikan kepada para pemangku kepentingan.
“Semestinya, penerapan program ini (Wolbachia) bisa diterima masyarakat dan tidak memincu kekhawatiran yg berlebih akibat. Komunikasi kurang optimal. Sedangkan pihak- pihak di luar pemerintah hendaknya memberikan komuni kiasi berdasar akan data keilmuan biar memberikan pencerahan kepada masyarakat. Artinya, siapapun mengeluarkan statement harus berasakan kehati hatian agar tidak asal komentar sehingga tidak berimplikasi luas kepada keresahan masyarakat. Pokoknya, harus hati-hati menyebarkan info yang bisa menimbulkan keresahan di masyarakat,” papar Rahmad.
Handoyo mengungkapkan fakta yang baru dampak kesimpangsiuran informasi, saat ini ada daerah yang menolak penyebaran telur nyamuk Wolbachia.
“Di Bali, warga baru saja menolak 200 Juta telur nyamuk Wolbachia,” pungkas Rahmad Handoyo.
Seperti diketahui, ada juga rumor yang didengungkan oleh pihak tertentu yang menyebut Wolbachia adalah ‘ancaman kesehatan global’. Ada pula yang mengatakan vaksin untuk virus yang ditularkan oleh nyamuk tersebut adalah proyek seorang Bill Gates.
Pemerintah sendiri lewat Kementerian Kesehatan menerapkan inovasi teknologi wolbachia untuk menurunkan penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Teknologi Wolbachia merupakan salah satu inovasi yang melengkapi strategi pengendalian yang berkasnya sudah masuk ke Stranas (Strategi Nasional).
Sebagai pilot project, dilaksanakan di lima kota yaitu Kota Semarang, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Kupang ,dan Kota Bontang berdasarkan Keputusan Menteri kesehatan RI Nomor 1341 tentang Penyelenggaran Pilot project Implementasi Wolbachia sebagai inovasi penanggulangan dengue.
Selain di Indonesia, Pemanfaatan teknologi Wolbachia juga telah dilaksanakan di negara lain (Brasil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuathu, Mexico, Kiribathi, New Caledonia, Sri Lanka) terbukti efektif untuk pencegahan dengue.
Efektivitas wolbachia telah diteliti sejak 2011 yang dilakukan oleh WMP di Yogyakarta dengan dukungan filantropi yayasan Tahija. Penelitian dilakukan melaui fase persiapan dan pelepasan aedes aegypti berwolbachia dalam skala terbatas (2011-2015).
Wolbachia ini dapat melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk aedes aegypti, sehingga virus dengue tidak akan menular ke dalam tubuh manusia. Jika aedes aegypti jantan berwolbachia kawin dengan aedes aegypti betina maka virus dengue pada nyamuk betina akan terblok.
Selain itu, jika yang berwolbachia itu nyamuk betina kawin dengan nyamuk jantan yang tidak berwolbachia maka seluruh telurnya akan mengandung wolbachia. VN-DAN