Amerika Serikat, khususnya Presiden Joe Biden, telah didukung oleh seluruh dunia dalam serangannya terhadap Hamas. Sejak pecahnya perang pada 7 Oktober, Biden secara vokal mengutuk Hamas dan menyuplai senjata dan uang bagi Israel. Biden juga sering berkomunikasi dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan bahkan melakukan kunjungan ke negara tersebut. Meskipun banyak pemimpin global mengutuk Israel, Biden tetap menyatakan dukungannya terhadap negara tersebut.
Perbedaan sikap terhadap Israel juga terlihat pada mantan Presiden AS, Barack Obama. Hubungan antara Netanyahu dan Obama terbilang dingin sejak tahun 2007. Meski pernah bertemu secara ramah dan hormat di Amerika Serikat, keduanya menyadari perbedaan latar belakang mereka. Ayah Netanyahu merupakan salah satu pemimpin intelektual dalam gerakan Zionisme revisionis, sedangkan Obama tumbuh dalam keluarga Kristen dengan latar belakang Islam di masa kecilnya.
Perbedaan kebijakan di Timur Tengah menjadi salah satu tantangan dalam hubungan mereka. Obama berusaha menjalin hubungan dengan Iran dan mendorong perdamaian Israel-Palestina, sementara Netanyahu menentang peningkatan hubungan dengan Iran dan menolak pembentukan negara Palestina. Karena perbedaan tersebut, hubungan keduanya semakin dingin.
Pada tahun 2011, sebuah percakapan terbuka antara Obama dan Presiden Prancis saat KTT ekonomi G20 di Cannes, Prancis, mengungkapkan ketidaksukaan terhadap Netanyahu. Obama mengungkapkan ketidaknyamanannya dalam berurusan dengan Netanyahu setiap hari. Percakapan ini semakin memperburuk hubungan mereka.
Meski begitu, penting untuk dicatat bahwa pernyataan tersebut tidak direkam resmi dan tidak dilaporkan oleh para jurnalis yang hadir. Sebuah kesepakatan diam-diam dilakukan untuk tidak melaporkan percakapan tersebut agar tidak memperburuk hubungan antara kedua negara.